05 Mei 2008

Pabrik Slogan (Caroline Noviany BW - Cirebon - Pemenang Harapan V)

Saya bangga bisa memenangkan lomba slogan ini sebagai Juara Harapan V - Lalat aja tau tempat sampah. Saya mengetahui lomba slogan ini dari poster yang dipajang pada kolom pengumuman di kampus saya di UPH. Saya sangat tertarik dengan lomba-lomba yang diadakan untuk membangun lingkungan hidup dimana kita tinggal menjadi bersih dan maju. Yang menarik bagi saya adalah bagaimana saya bisa membagi ide saya melalui tema yang dilombakan, yang dapat membuat perubahan kehidupan ke arah yang lebih baik.

Yang menjadi daya tarik saya terhadap perilaku masyarakat terutama dalam ketidaksadaran atau bahkan kesengajaan masyarakat dalam sikap dan perbuatan sehari-hari pada lingkungan sekitar. Saya ingin menyampaikan bahwa buang sampah sembarangan itu membuat manusia terkurung dalam kesengsaraan yang berkepanjangan.

Saya orangnya suka membaca dan berpergian. Jadi banyak hal yang saya lihat dan dapatkan. Setiap hal baru yang saya dapatkan, selalu saya catat. Kalau ide saya cukup singkat, saya catat di HP, tetapi kalau cukup panjang, saya catat di kertas, baru kemudian diketik. Dalam menciptakan suatu slogan, saya catat setiap hal yang saya lihat dan saya dengar serta mengubahnya menjadi kalimat yang unik.

Yang membuat saya berubah setelah menjalani proses kreatif ini antara lain, saya lebih sayang terhadap bumi ini termasuk lingkungan alam sekitar. Waktu saya ketahuan orang-orang di sekitar bahwa saya pemenang lomba slogan, saya merasa bangga dan lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan di lingkungan tempat saya tinggal.

Kalau lomba lain yang pernah saya ikuti macam-macam, seperti lomba menulis cerpen, puisi, dan artikel. “Semoga slogan Gerakan Hidup Bersih dan Sehat dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi banyak orang di dunia.” (Caroline Noviany)

Catatan: Caroline adalah peserta PALING PRODUKTIF karena mengirimkan 52 slogan ! Akhirnya salah satunya mendapat nomor juga. Selamat ya !

01 Mei 2008

Kisah Sang Juara II (Agus Priyadi -Pemalang)

Tentang ide slogan yang aku dapatkan "Habis manis, sampah dibuang? Mending Didaur ulang", aku memang sangat risau dengan segala sesuatu yang berbau dengan sampah.Di kampungku sendiri, tepatnya dipinggiran kali, aku sering membakar sampah . Sampah milik masyarakat setempat termasuk lingkungan dan saudara -saudaraku yang dengan “nikmatnya” membuang sampah dengan se-enak udele dewe. Sudah lama aku mengusulkan untuk membuat penampungan sampah di pinggir kali tersebut, minimal agar mudah di pilah(dibakar/di pendam) tapi sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari warga setempat. Hal itu juga yang akhirnya aku mendapatkan ide slogan tersebut. Semoga dengan lomba slogan ini dan terpilihnya aku sebagai juara, aku berharap mendapatkan komunitas yang bisa bersama–sama peduli untuk menciptakan lingkungan menuju sehat, karena pada saat ini baik di Jakarta ataupun didaerah masih banyak lingkungan kita yang masih belum sehat. APA KATA DUNIA NANTI JIKA INDONESIA YANG TERKENAL PARU – PARU DUNIA MALAH PANAS MENJADI GERSANG DAN KOTOR PULA!

Kurang lebih sebulan setelah aku mengirimkan karya sloganku, aku berangkat ke Jakarta. Suatu kebetulan yang bertubi – tubi, aku mendapatkan panggilan kerja pada sebuah perusahaan swasta di daerah Roxy. Aku bekerja sebagai expedisi alias tukang antar barang, (bahasa trendnya kurir,). Ketika sudah sekitar tiga minggu dan bekalku telah menipis, ternyata saat tak sengaja aku membuka e-mail, aku terpilih menjadi juaranya. Kontan saja temen – temen di tempat kerja mulai tahu aku memenangkan lomba tersebut. Awalnya sih hanya satu orang yang tahu tapi dasar lidah tak ber kelu pada akhirnya menyebar juga cerita tersebut seperti wabah menginfeksi suatu koloni.

Tapi ternyata tidak rugi juga, berkat kemenangan dalam lomba slogan tersebut, ada temen yang menjadi security rupa–rupanya mulai malu buang sampah sembarangan. Entah karena aku atau sadar akan tulisan slogan yang ada pada kaos yang aku kenakan. Dia juga mulai menanyakan seputar kepedulianku akan sampah. Agaknya usahaku tidak sia–sia tentang kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Meski masih sangat jauh dan belum sempurna, kerja kerasku telah membuat orang lain yang mulai nyadar akan kebersihan. Untuk pribadiku sendiri, aku begitu antusias; apalagi karya sloganku di jadikan syarat untuk lomba jingle, semakin membuat aku lebih peduli terhadap lingkungan untuk menuju sehat dan bermanfaat.

Ada perubahan dalam kepedulianku tehadap lingkungan, kini aku lebih hati–hati untuk membuang sampah terkecil sekalipun dan lebih “memanusiawikan” sampah. Disaat aku melihat sampah berserakan dan tidak berada pada tempatnya, aku merasakan rintihan sang sampah penuh kesedihan karena berharap berada dalam tempatnya dan berada pada kelompoknya.

Ide slogan ini aku dapatkan ketika beberapa tahun yang lalu di kota pemalang dan sejalan dengan riset yang aku lakukan hingga sekarang. Aku terinspirasi oleh paraPetugas Kebersihan”Pejuang Sampah”. Mereka dimalam hari dengan angin malam yang sangat begitu mengganggu kesehatannya disaat orang lain tertidur dengan nyenyaknya. Mereka membersihkan sampah – sampah dijalanan, baik dikota metropolitan seperti Jakarta maupun di daerah. Apapun alasannya, mereka layak mendapatkan penghargaan yang sepantasnya.

Habis manis sepah dibuang?... …Sampah kaleee… yang dibuang…, itu sering terjadi dan sampai aku bosan melihatnya.Bukan sok bersih lho…,tapi memang, aku sering geram dengan orang yang suka buang sampah sembarangan. Apa lagi para manusia golongan kelas elite yang suka melempar sampah kertas /plastik dari dalam mobil. Sebenarnya mereka tak pantas melakukan hal demikian (bukan…?)...Seyogyanya mereka memberi teladan yang baik kepada yang lain khususnya orang–orang “pinggiran” untuk lebih menjaga lingkungan bersama. Tapi sutralah, kenapa harus di pusingkan oleh mereka?...whatever dengan tingkah mereka. Aku tak peduli, yang penting bagaimana aku agar tetap menjaga kepedulianku akan lingkungan terutama dalam hal kebersihan.

Banyak kisah yang aku dapatkan ketika melakukan riset untuk slogan ini, aku terinspirasi oleh pepatah kuno sekaligus kejadian didepanku semenjak aku terfokus dengan lomba slogan ini.Aku sering mendatangi tempat–tempat kumuh dimanapun aku melintasi daerah dengan “si kumbang biru”(sepeda motorku) khususnya di kota kecil Pemalang.Habis manis sampah dibuang?... mending didaur ulang,sebenarnya tak ada hubungannya dengan kalimat terakhir sih, mulanya hanya kalimat awal saja yang terlintas di otakku, itupun terjadi oleh khayalanku/ halusinasi (kata theh melly sih intuisi namanya) yang membayangkan suatu perilaku yang “sakit”dengan membuang sampah sembarangan.

Dan Khayalan ini bersambut oleh seorang bocah yang tiba –tiba mengambil sampah tersebut dengan penuh ketulusan.Tapi yang menjadi pusat perhatianku bukan dari tingkah dua perilaku ini,tetapi lebih ke obyek (shotnya adalah sampah).Aku dapat menangkap rintihan dari “sosok sampah”tersebut begitu memelas. Ia sedih, ia menangis,berada di sembarang tempat, tertiup angin kesana – kemari, jika yang ber bau busuk pasti akan sangat mengganggu sekitar, nalurinya berkata ingin diperlakukan selayaknya. Artinya ingin ditempatkan pada tempat yang semestinya(to the point deh,tempat sampah buu…).

Memanusiawikan sampah lebih berarti memberikan sampah pada tempatnya baik memilah, memilih dan mendaur ulang. Kata yang sering kita pakai dalam dunia persampahan yaitu membuang agaknya terlalu kejam kedengarannya. Alangkah indahnya jika kita dapat memanusiawikan sampah, niscaya kita dapat hidup berdampingan dengan sampah tanpa harus kumuh dan berbau busuk. Sampah juga punya naluri, ingin diperlakukan sama, dan berharap ingin dimanfaatkan kembali. Aku merasakan ini begitu tulus, sampai saat ini pun jika melihat sampahku berserakan dan melihat perilaku “sakit”batinku ikut merasakan kesedihan sang sampah.”Habis manis sampah dibuang?...jangan sayang,mending didaur ulang…,

Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada teman – teman yang telah dengan sadar diri menempatkan sampah pada tempat yang sepantasnya.Untukmu sampahku…,jangan berhenti berharap untuk dimanusiawikan ya,…Kiranya cerita ini dapat menjadikan inspirasi bagi semua yang menginginkan lingkungan menjadi bersih dan sehat serta memberi semangat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan sehat.Buat para”pejuang sampah”,ayo! Maju terus! Jaga lingkungan dengan tulus!MERDEKA!

Surat dari Agus Priyadi - Pemalang (Juara II)

Kepada Panitia Lomba Gerakan Hidup Bersih Dan Sehat

Dengan Hormat,

Sebelumnya saya ucapkan Terima kasih kepada para dewan juri yang terhormat , Bapak Arswendo Atmowiloto dan mbak Ayu Utami yang telah memilih karya slogan saya sebagai pemenang dan mendapatkan juara ke – 2,dan Terima kasih yang tak terhingga kepada Allah swt yang telah memberikan“tetesan embun”ke dalam otak hamba,yang di dalamnya terdapat berjuta bahkan milyaran ide kreatif yang begitu luar biasa namun hanya baru sangat sedikit yang dapat hamba tuangkan,semoga dengan kemenangan ajang lomba slogan ini menjadikan awal untuk lebih berkarya dan menjadi inspirasi dalam cipta karya khususnya dalam dunia karya”tulis”.Tak terlupakan terima kasihku teruntuk my mom,… … adalah “matahariku”yang selalu mengiringi doa,kasih sayang dan segenap ketulusan dalam setiap derap langkahku yang tanpa mengharap… …,Seperti mentari yang begitu tulus memberikan sinarnya untuk semua planet di jajaran tatasuryanya.
Dedikasiku untuk para “Pejuang Sampah”yang begitu perkasa memungut,mengambil sampai memisahkan dengan berjuta aroma kebusukan dan kebangkain yang menusuk hidungnya namun tetep keukeuh,serta “memanusiawikan sampah – sampahnya”agar lingkungan tetap terjaga,bersih,segar dan tetap bermanfaat (mendaur ulang) kembali bagi lingkungannya.”Terima kasih… … sampahku,karenamu kini aku lebih memanusiawikanmu,… … Aku merasakan engkau menangis saat engkau di buang sembarangan,… … dan engkau selayaknya didaur ulang.

HABIS MANIS SAMPAH DIBUANG?...MENDING DI DAUR ULANG.

Slogan ini terinspirasi ketika di sebuah tabloid mingguan Peluang kerja terpampang sebuah kolom lomba slogan yang begitu aku membacanya langsung tertarik ingin mengikuti ajang lomba tersebut, langsung saja aku ke www.berkahsampah.blogspot.com. Bukan hal yang baru sebenarnya dunia tulis menulis meski memang belum sangat mahir dan masih jauh untuk merangkai kata – kata, tetapi dunia menulis ini sangat ingin aku geluti, entah sebisa apa aku dapat menuangkan ide –ide apapun kedalam tulisan. Sampai detik ini pun aku begitu ingin menjadi penulis seperti para dewan juri yang memang notabennya adalah penulis – penulis hebat sekaligus sutradara yang karya – karyanya begitu familiyar di ranah pertelevisian tanah air.

Ada motifasi tersendiri kenapa aku ikutan lomba slogan ini,berkaitan dengan Bapak Arswendo,saya begitu mengagumi karya – karya serial televisinya dari “keluarga cemara,satu kakak tujuh keponakan sampai kenapa harus inul dan masih banyak lagi.Tersimpan sebuah kenangan yang tak mungkin terlupakan,… …ketika itu lebih kurang di tahun 2000 saat pertama aku mengenal beliau dihalaman hotel Acacia salemba. Mungkin ketika itu beliau tengah “berpetualang” mencari inspirasi untuk sebuah karyanya.Pandanganku sangat yakin kalau beliau adalah Bapak Arswendo meski topi bundar,kaos merah dan celana coklat yang Nampak kelihatan’maaf’ kucel dan disamarkan dengan tas hitam, tapi aku sangat yakin bahwa beliau adalah Bapak Arswendo.Tak menyia – nyiakan kesempatan tersebut,aku langsung menghampirinya.Meski hanya sebentar,namun aku begitu bangga telah mengenal dan berjabat tangan dengan beliau,ada sesuatu getar lain yang aku rasakan sesudahnya,aku merasakan seolah – olah ada kemistri diantara kita.Meski perjumpaan yang singkat namun aku yakin suatu saat nanti akan bertemu kembali dengan beliau.Seiring waktu ternyata benar,pertemuan kembali terjadi,hingga sampai pada pertemuan yang ke – 3.Dan yang ke – 4 ini,sungguh sangat mengejutkan,meski pada acara Green festival Lomba slogan “Taruh sampah jadikan berkah” di parker timur senayan aku tidak menghadirinya namun aku yakin suatu saat nanti aku akan bertemu dengan beliau dalam kesempatan yang lain,dan aku yakin itu akan luar biasa.Akupun tak menyangka jika aku akan mendapat juara ke – 2 lomba ini.

Begitu juga dengan mba Ayu utami,jika ada kesempatan yang lain dan keberuntungan berpihak padaku lagi,aku ingin mengenalnya lebih dekat lagi.Aku juga ingin seperti anda mba?... …

Banyak alasan dan cerita yang membuat aku mengikuti lomba slogan ini. Sudah jelas,alasan pertama adalah selain aku memang menyukai dunia tulis menulis, dewan jurinya juga membuat aku begitu bersemangat,(khusus untuk Bapak Arswendo,saya akan menceritakan kisah diatas kepada anda jika bertemu nanti).Tunggu kedatanganku ya Pak?... …he…

Yang terakhir untuk Panitia lomba (Gerakan Hidup Bersih Dan Sehat) Terima kasih dengan diadakannya lomba slogan ini semoga dapat menggugah masyrakat untuk lebih peduli terhadap lingkungannya.

(Catatan:Foto-foto ini adalah kiriman penulis yang prihatin dengan rusaknya lingkungan di dataran tinggi Dieng yang sudah menjadi gersang)