24 April 2008

PENGALAMAN YANG TAK TERBAYANGKAN (Ali Nugroho - Jakarta, Juara Harapan I)

Lomba slogan, sesuatu yang belum pernah terpikir akan saya ikuti. Secara spontan terlintas begitu saja saat seorang kawan memberitahu adanya lomba slogan. Dan kebetulan sangat berkaitan dengan minat saya sejak kuliah pada permasalahan lingkungan hidup. Sewaktu kuliah saya aktif dalam aktivitas luar ruangan bersama organisasi Mapala kampus. Bahkan skripsi saya dulu mengambil spesialisasi Hukum Perdata Lingkungan.

Ketertarikan saya untuk berpartisipasi pada lomba slogan tidak semata karena hadiah, meskipun hadiah uang dapat dikatakan cukup besar untuk lomba slogan. Namun lebih dari itu, saya melihat adanya upaya yang sangat sederhana namun cukup mengena dalam hal meningkatkan awareness masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah. Barangkali setiap orang tidak akan pernah lupa, bahwa pelajaran peduli lingkungan yang selalu ditanamkan sejak dini dari dulu adalah ”jangan membuang sampah sembarangan”, ”buanglah sampah pada tempatnya”, atau ”kebersihan sebagian dari iman”. Tapi apakah ungkapan-ungkapan seperti tersebut sudah diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan kita sehari-hari??tentunya hanya diri kita masing-masing yang tahu jawabannya.

Usaha sederhana untuk hasil yang nyata, barangkali ini bisa dijadikan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan alasan saya ambil bagian dalam lomba slogan. Meski saya bukan orang yang ”sangat” memperhatikan masalah sampah, dan kadang-kadang khilaf masih saya lakukan dengan tak mempedulikan sampah disekitar, namun saya berharap melalui dengan slogan dapat memberikan kontribusi pada masalah penanganan sampah. Dan harapan saya tentunya slogan tak hanya sekedar kata-kata pemanis di area publik misalnya, namun dapat menjadi hal yang menarik buat orang-orang termasuk saya sendiri untuk lebih memperhatikan masalah sampah. Saya tidak memungkiri, bahwa hadiah yang disediakan cukup menarik, meski untuk itu saya benar-benar nothing to lose, bahkan saya sendiri sempat lupa bahwa saya jadi partisipan dalam lomba slogan.

Proses dalam penciptaan slogan juga bukan sesuatu yang istimewa. Sampahku...Cermin Gaya Hidupku!, saya pilih sebagai slogan karena alasan sederhana. Saya memandang bahwa perlakuan seseorang terhadap sampah dapat mencerminkan gaya hidup seseorang. Kepedulian seseorang pada sampah yang ada di lingkungannya, sangat mencitrakan kepribadian orang tersebut. Orang yang perhatian dengan mengelola sampah yang ada disekitarnya, (meskipun tidak mutlak) dapat digambarkan bahwa dia adalah pribadi yang peduli dengan lingkungan hidupnya secara umum. Terangkainya kata-kata di atas menjadi slogan timbul secara spontan, bukan sesuatu yang dihasilkan dari riset, study atau setidaknya perenungan. Saya hanya mencari kata-kata sederhana yang mudah diingat namun mampu membangkitkan kepedulian pembacanya.

Memperhatikan perilaku masyarakat saat ini, (saya juga termasuk didalamnya) menjadi sesuatu yang begitu miris. Saat ini bukan hal yang sulit menemukan kata-kata ”Stop Global Warming”, ”Save Our Earth” atau banyak lagi ungkapan yang bertujuan memicu kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan hidup yang makin memprihatinkan. Namun, dalam kenyataannya masih banyak hal-hal yang tentunya lebih bijak kalau dilakukan secara nyata dalam upaya menyelamatkan nasib bumi. Meskipun terkesan bombastis, namun untuk sesuatu yang baik saya beranggapan kita butuh obsesi yang tinggi. Tentunya untuk mewujudkan obsesi yang terkesan bombastis tadi, kita dapat melakukannya dengan aksi-aksi sederhana diantaranya dengan pengelolaan sampah yang baik, pemanfaatan sampah yang dapat didaur ulang, dan mengurangi pemakaian kebutuhan yang berpotensi menambah kuantitas maupun kualitas sampah yang tidak dapat didaur ulang.

Saya ingin menyampaikan pesan singkat dengan slogan saya di atas, bahwa kita patut menjadikan sampah sebagai cerminan gaya hidup. Perlakuan yang baik terhadap sampah akan mencerminkan gaya hidup dan kepribadian kita sebagai pribadi-pribadi yang peduli nasib dan kelangsungan alam sekitar. Setelah terlibat dalam proses kreatif penciptaan slogan, saya merasa perlu untuk secara pribadi mawas diri bahwa saya bukan orang yang dengan baik juga memperhatikan sampah. Namun saya berkeinginan lomba slogan dan peringatan Hari Bumi 22 April lalu, dapat menjadi momentum bagi berbagai pihak yang peduli pada kelangsungan hidup lingkungannya untuk semakin meningkatkan upaya-upaya nyata dalam melestarikan lingkungan sebagai faktor utama pendukung kelangsungan hidup manusia.

Setelah saya tahu bahwa slogan yang saya kirimkan menjadi nominasi pemenang, rasa bertanggungjawab menjadi hal yang sangat terasa dan saya berharap untuk tidak terbebani. Tidak banyak orang yang tahu tentang slogan yang saya kirimkan, namun saya ingin nantinya ada manfaat nyata dari slogan yang masuk nominasi tersebut. Tak lupa saya juga mengucapkan selamat kepada pemenang pertama, kedua, ketiga serta para nominator yang lain. Semoga usaha kita semua tidak akan sia-sia.

Selamat Hari Bumi 22 April 2008.

Ali Nugroho
Jakarta, 23 April 2008

Slogan itu Seperti Ilmu Psikologi (oleh Luh De Suriyani - Denpasar - Juara III)

Saya paling suka melihat tulisan di sticker, t-shirt yang dipakai orang, atau teks-teks kampanye produk. Ini seperti pelajaran berkomunikasi, memahami kebutuhan orang, atau membujuk orang tersenyum melihat kekurangan dirinya dari sebuah kalimat.

Ketika seorang teman di milis share lomba slogan ini, saya langsung mengcopy-nya. Saya pikir ini lomba paling asyik dan paling mudah. Apalagi hadiahnya lumayan banget dan murah hati juga, karena memberikan banyak tempat untuk pemenang.

Yang lebih penting lagi, temanya. Ini sih, tema yang bagi saya sangat familiar. Karena baru saja saya membuat lomba menulis cara mengolah sampah untuk anak-anak di gang rumah saya. Bahkan, saya dan anak-anak juga paling sibuk nyari judul yang lucu untuk artikel-artikel mereka.

Sampai di rumah, saya beri tahu suami. Suami saya paling suka utak-atik kata. Kata-kata yang berirama paling dia suka. Dia sih nggak terlalu semangat untuk ikut serta lomba. Kami berhasil mengumpulkan belasan slogan hanya dalam waktu sejam, ketika duduk di meja makan.

Sampah dan masalahnya adalah keseharian saya dan tetangga saya di gang rumah. Untuk menuangkannya dalam kata, kami hanya butuh ritma yang pas. Salah satunya : Mengolah Sampah, ya Nggak Masalah

Buat saya dan suami, jargon atau slogan adalah bagian dari kampanye kerja-kerja advokasi kami di bidang kebebasan informasi untuk publik. Kami selalu antusias ketika membaca jargon yang unik dan sangat komunikatif di jalan raya, di punggung t-shirt orang lain, dan dimana saja.

Buat saya, pembuat slogan unik itu orang yang hebat. Bagaimana menyampaikan gagasan besar dengan hanya sederet kata. Bahkan banyak kampanye berhasil dikomunikasikan dengan satu atau dua kata. Luar biasa.

Semoga slogan-slogan yang berhasil dikumpulkan dari lomba ini bisa membuat orang terusik ketika membacanya. Kata-kata yang dapat menghentak kebimbangan kita, apatis melihat bencana sampah yang akan mengubur kita dalam-dalam.

http://lodegen.wordpress.com/