24 April 2008

Slogan itu Seperti Ilmu Psikologi (oleh Luh De Suriyani - Denpasar - Juara III)

Saya paling suka melihat tulisan di sticker, t-shirt yang dipakai orang, atau teks-teks kampanye produk. Ini seperti pelajaran berkomunikasi, memahami kebutuhan orang, atau membujuk orang tersenyum melihat kekurangan dirinya dari sebuah kalimat.

Ketika seorang teman di milis share lomba slogan ini, saya langsung mengcopy-nya. Saya pikir ini lomba paling asyik dan paling mudah. Apalagi hadiahnya lumayan banget dan murah hati juga, karena memberikan banyak tempat untuk pemenang.

Yang lebih penting lagi, temanya. Ini sih, tema yang bagi saya sangat familiar. Karena baru saja saya membuat lomba menulis cara mengolah sampah untuk anak-anak di gang rumah saya. Bahkan, saya dan anak-anak juga paling sibuk nyari judul yang lucu untuk artikel-artikel mereka.

Sampai di rumah, saya beri tahu suami. Suami saya paling suka utak-atik kata. Kata-kata yang berirama paling dia suka. Dia sih nggak terlalu semangat untuk ikut serta lomba. Kami berhasil mengumpulkan belasan slogan hanya dalam waktu sejam, ketika duduk di meja makan.

Sampah dan masalahnya adalah keseharian saya dan tetangga saya di gang rumah. Untuk menuangkannya dalam kata, kami hanya butuh ritma yang pas. Salah satunya : Mengolah Sampah, ya Nggak Masalah

Buat saya dan suami, jargon atau slogan adalah bagian dari kampanye kerja-kerja advokasi kami di bidang kebebasan informasi untuk publik. Kami selalu antusias ketika membaca jargon yang unik dan sangat komunikatif di jalan raya, di punggung t-shirt orang lain, dan dimana saja.

Buat saya, pembuat slogan unik itu orang yang hebat. Bagaimana menyampaikan gagasan besar dengan hanya sederet kata. Bahkan banyak kampanye berhasil dikomunikasikan dengan satu atau dua kata. Luar biasa.

Semoga slogan-slogan yang berhasil dikumpulkan dari lomba ini bisa membuat orang terusik ketika membacanya. Kata-kata yang dapat menghentak kebimbangan kita, apatis melihat bencana sampah yang akan mengubur kita dalam-dalam.

http://lodegen.wordpress.com/

2 komentar:

ratna mengatakan...

Selamat ya buat mbok (Mbak) Luh. Ternyata kompak banget sama suami,apalagi sama-sama wartawan plus aktivis sosial. RRUUAARRR BIASA...

luh de mengatakan...

wah, senang sekali. terima kasih banyak. saya dan anak-anak gang rumah pinggrian kota denpasar juga lagi nyusun strategi untuk bisa membuat deplot pengolahan sampah. mari sharing dan bantu kami di: http://naknik.wordpress.com